AGUSTUSadalah bulan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus, pedagang musiman mulai menjajakan bendera merah-putih di pinggiran jalan. Tak sedikit yang mau membeli. Sebab, sesuai UU No 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, setiap warga negara wajib mengibarkan bendera setiap peringatan Hari Kemerdekaan.
Negara Indonesia Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Menghadapi Sekutu dan NICASebarkan iniPosting terkait Negara Indonesia Serikat. Negara Bentukan Belanda โ Pada 15 Juli 1946 Dr. Van Mook memprakarsai penyelenggaraan konferensi di Milano, Sulawesi Selatan. Konferensi ini dihadiri oleh beberapa utusan daerah yang telah dikuasai Belanda. Maka dari itu Konferensi Malino membahas pembentukan Negara โ Negara bagian dari suatu Negara federal, Berawal dari konferensi tersebut, van Mook atas nama Belanda mulai membentuk โNegara โ Negara bonekaโ yang tujuannya ingin mengepung dan memperlemah keberadaan Republik Indonesia. dengan terbentuknya Negara โ negara boneka , RI dan Negara โ Negara bagian akan mudah diadu domba oleh Belanda . Hal ini merupakan perwujudan politik colonial Belanda, devide et impera. Negara โ Negara boneka / daerah bentukan Belanda terdiri dari enam Negara bagian dan Sembilan satuan kenegaraan /daerah otonom , yakni sebagai berikut Negara Indonesia Indonesia Timur NTTNegara MaduraNegara PasundanNegara Sumatra Timur NSTNegara Jawa TimurNegara Sumatra SelatanDaerah โ Daerah otonom istimewa yang terdiri atas Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, Bangka, Biliton Belitung, Riau Kepulauan, dan Jawa Tengah. Negara โ Negara boneka bentukan Belanda ini menurut rencana di bentuk itu merupakan Negara federal, yaitu Negara kesatuan yang terdiri dari Negara โ Negara bagian yang memiliki kebebasan mengurus persoalan di dalam negerinya. Sebelum terbentuknya NIS, Belanda menciptakan pemerintah federal yang didukung oleh suatu badan permusyawaratan federal BFO. Ketua BFO yang ditunjuk elanda ialah Sultan Hamid II. Aktivitas Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Negara Bentukan Belanda โ Bangsa Indonesia mengobarkan semangat perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui aktivitas diplomasi dan perjuangan bersenjata dengan strategi gerilya. Bentuk perjuangan diplomasi ditujukan untuk memperoleh perdamaian dan meraih dukungan dunia internasional atas kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia. Diplomasi Indonesia Menghadapi Sekutu dan NICA Perjanjian Linggajati 25 Maret 1947 Kedatangan Sekutu di Indonesia yang diboncengi NICA berakibat timbulnya pertempuran di berbagai daerah. Setelah lebih dari satu tahun berdinas di Indonesia, Inggris mengambil kesimpulan bahwa sengketa Indonesia โ Belanda tidak mungkin diselesaikan lewat kekuatan senjata. Pihak Inggris kemudian berusaha mempertemukan kedua belah pihak yang bersangkutan. Perundingan gencatan senjata pertama antara Indonesia , Sekutu dan Belanda diselenggarakan di Jakarta pada 20 โ 30 September 1946. Perundingan ini tidak mencapai hasil yang diharapkan. Meskipun demikian , Inggris kemudian mencoba mempertemukan kembali pihak โ pihak yang bertikai dengan mengirim diplomat, Lord Killearn. UtusanInggris ini berhasil membawa wakil โ wakil Indonesia dan Belanda ke meja perundingan di Jakarta pada 7 Oktober 1946 Delegasi Indonesia diketuai Perdana Mentri Sultan Syahrir, Sedangkan delegasi Belanda Dipimpin Prof. Schermerhorn. Perundingan tersebut menghasilkan persetujuan yang isinya sebagai berikut Diberlakukannya gencatan senjata antara Indonesia, Belanda dan InggrisDibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan senjata untuk mengawasi pelaksanaan gencatan Senjata. Atas dasar perundingan tersebut, sejak 24 oktober 1946 pasukan sekutu Inggris dan Australia mulai mengosongkan daerah โ daerah yang didudukinya. Secara berangsur angsur pasukan sekutu ditarik dari bogor , Palembang, medan , padang, dan tempat lainnya. Selanjutnya Pada akhir November 1946, seluruh pasukan Sekutu telah meninggalkan Indonesia. Sebagai Kelanjuatan perundingan pada 10 โ 15 November 1946 dilangsungkan perundingan di Lingajati,Dekat Cirebon. Perundingan ini menghasilkan keputusan sebanyak 17 pasal yang intinya berisi sebagai berikut Belanda mengakui de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra , Jawa, dan keputusan Republik Indonesia dan Belanda kedepannya bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia โ Belanda dengan Rtau Belanda Sebagai ketuanya. Hasil persetujuan Linggajati di tandatangani wakil โ wakil Indonesia dan belanda di istana Rijswijk sekarang Istana Merdeka pada 25 Maret 1947. Delegasi Indonesia yang membubuhkan tanda tangan tersebut ialah Sutan Syahrir, Mr. Moh. Roem, Mr. Soesanto Tirtoprojo, dan dr. Gani. Dari pihak Belanda ialah Prof. Schermerhorn, Dr. van Mook, dan van poll . Peristiwa ini disaksikan tokoh penengah dari Inggris , Lord Killeard. Setelah belanda mengakui wilayah de factor RI, beberapa Negara segera menyampaikan pengakuan atas kedaulatan RI. Negara โ Negara itu antara lain Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afganistan, Birma Myanmar , Saudi Arabia, Yaman, Rusia, Pakistan, dan India. Negara โ Negara tersebut lantas membuka perwakilan konsuler di Negara RI. Kondisi seperti itu telah memperkuat kedudukan RI mata dunia internasional. Di dalam negeri, hasil Persetujuan Linggajati disikapi pro dan kontra di kalangan anggota KNIP. Pihak yang pro merasa puas karena kedaulatan Indonesia mulai diakui dunia internasional kendati hanya meliputi Sumatra, jawa dan Madura. Demikianlah artikel diatas dari semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih
LambangAgung Kerajaan Belanda, (atau "Groot Rijkswapen"), adalah lambang pribadi monarki Belanda (kini Raja Willem-Alexander). pemerintah Belanda menggunakan versi yang lebih kecil tanpa mantel atau paviliun, bahkan terkadang hanya menampilkan perisai dan mahkota.Komponen gambar lambang negara diatur oleh Ratu Wilhelmina melalui dekret kerajaan pada tanggal 10 Juli 1907 dan dikukuhkan oleh
Pada era Hinda Belanda, desain lambang kota diperoleh dari sayembara. Hai gen XYZers, setiap daerah kota, kabupaten, atau provinsi di Indonesia memiliki lambang daerah coat of arms masing-masing. Lambang daerah tersebut menggambarkan kondisi lingkungan, sejarah, karakteristik, dan atau cita-cita yang ingin dicapai daerah bersangkutan. Lambang Kota adalah sesuatu yang dapat dikatakan sebagai sebuah simbol yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam masyarakat kota tersebut. Dengan adanya sebuah lambang, suatu kota memiliki identitas yang membedakan satu kota dengan kota lainnya. Nah, tahukah kamu bahwa lambang daerah Kota Sukabumi yang kita cintai ini ternyata sudah mengalami beberapa kali perubahan lho, Gaess. Lambang Kota Sukabumi yang sekarang kita kenal dengan tameng dan kujangnya ternyata berbeda dengan lambang yang dulu digunakan pada masa Hindia Belanda. Lambang kota ini sudah mengalami perjalanan sejarah dari masa penjajahan ke masa merdeka meskipun tidak menghilangkan ciri khas yang pernah ada yaitu teh dan padi yang pernah menjadi komoditas terbaik pada masanya. Kemiripan ini dipertahankan bukan karena meniru buatan Belanda, tetapi memang nilai yang terdapat di dalam lambang tersebut sesuai Kota Sukabumi. Berikut lima fakta menarik ihwal sejarah perjalanan lambang Kota Sukabumi. 1. Lambang Kota Sukabumi awal dibuat sebagai materai Pada awalnya Kota Sukabumi belum mempunyai lambang kota resmi, mengingat Sukabumi saat itu masih berupa ibukota afdeling, sebuah bagian dari regentschap Tjiandjoer. Lambang yang kemudian beredar tahun 1900-an adalah sebuah tameng dengan mahkota yang melambangkan kekuatan kerajaan Belanda di Hindia, dilengkapi lambang teh dan padi yang melambangkan komoditas utama Sukabumi. Lambang ini masih berwarna hitam putih, hanya latar belakang padi bergaris. Namun, sekira 1920, pasca ditingkatkan status Kota Sukabumi menjadi gemeente, sebuah perusahaan kopi tanpa kafein dari Jerman, Kaffee-Handels-Aktiengesellschaft Koffie Hag, mengeluarkan desain emblem dan lambang-lambang kota sebagai materai atau segel. Lambang ini masih berupa tameng dengan padi dan teh, yang membedakan adalah desain sudah berwarna lengkap dengan tulisan Koffie Hag, namun tanpa mahkota. Padi yang melambangkan kemakmuran dicantumkan pada dasar tameng biru melambangkan kewibawaan atau keningratan bangsa Belanda, sedangkan teh di atas warna putih yang melambangkan ketulusan bangsa Hindia Belanda mengabdi kepada bangsa Belanda. Segel ini digunakan sebagai jaminan bahwa suatu barang tersebut aman sampai tujuan. Segel pun dimaksudkan sebagai tanda resmi yang bisa berupa perangko maupun materai. Hal ini terkait degan keluarnya Dekrit Kerajaan pada 23 April 1919 Nederlandsch Staadtschrift no. 181, yang mengatur masalah masalah lambang kota untuk Belanda. Lambang Kota Sukabumi ini berkembang sejak 1905 hingga 1930. BACA JUGA Prasasti Jayabhupati bukti peradaban tinggi Sukabumi dan 5 fakta raja Sunda Upaya mengembalikan kemasyhuran Sari Oneng Parakansalak ke Sukabumi Tumbuhan dari Khayangan dan kisah herois romantis di balik berdirinya Kota Sukabumi 2. Desain lambang kota diperoleh dari sayembara Kondisi tanpa lambang resmi ini terus berlangsung hingga status gemeente Kota Sukabumi berubah menjadi Stadgemeente, setingkat lebih tinggi. Pada 14 Mei 1927, seiring diangkatnya Burgemeester Rambounett muncul pengumuman sayembara desain lambang kota. Pengumuman ini disebarkan melalui koran dan paling lambat dikumpulkan 31 Agustus 1927 dengan disegel dalam amplop tertutup. Desain akan dinilai sebuah komisi dari Arsip Nasional, Balai Arkeologi, dua anggota dewan, dan Walikota dengan hadiah ke-1. F200, 2. F100, 3. F50. Pemberian hadiah akan diberikan sesudah lambang kota resmi digunakan, sementara desain yang diajukan akan menjadi milik kota. Pada 10 September 1927, tim panitia menilai 25 desain yang diajukan untuk lambang kota, dan meloloskan lambang dengan perisai biru dan mahkota antik. Di atas perisai, sebuah padi dan cabang semak teh yang ditambah dua ekor singa. Perisai berwarna biru azure, dengan lambang singa bermahkota di tengah. Singa merupakan lambang negara Belanda, De Nederlandse Leeuw, yang dianggap sebagai kekuatan, keberanian dan juga ketinggian martabat. Di bawahnya ditambah pita dengan tulisan Gemeente Soekaboemi. Sukabumi mengirimkan hasil sayembara dengan hasil pemenang pertama perancang Dirk Rรผhl, dari Bandoeng. Lambang yang didesain tetap menggunakan perisai dengan latar biru dan putih ditambah dengan mahkota antik di atas perisai sebuah padi dan cabang semak teh dengan dua singa. Juara kedua diraih Tn. Marcella dari Batavia, sementara pemenang hadiah ketiga tidak menyebutkan nama, tetapi alamatnya di Weltevreden. Ketiga hasil tersebut kemudian diberikan masukan oleh F. D. K. Bosch dari Balai Arkeologi dan kemudian kepala arsip, A. Bloys v. Treslong Prins โ dari Departemen Dalam Negeri juga memberi masukan. Lambang Kota Soekaboemi kemudian ditetapkan pada rapat dewan tanggal 7 November 1927, dengan uraian sebagai berikut Perisai dengan dasar biru bergambar padi, dasar perak dengan gambar semak teh. Di atas perisai sebuah mahkota emas antik dengan 5 mutiara, perisai dipegang oleh dua singa emas bertanduk merah dan dipaku. Pita biru, dengan nama Soekaboemi dengan huruf S merah dan huruf-huruf emas lainnya. Mahkota yang ditempatkan di atas senjata adalah mahkota Jonkerheer. 3. Lambang Kota Sukabumi masa Kolonial ditambah Singa dan Mahkota Pada 24 September 1928, sebuah surat kolektif dikirim dari pusat ke semua Kepala Kotamadya di Hindia Belanda, yaitu instruksi untuk membuat lambang-lambang kota. Hl ini mengacu pada Bab 6 atau 12 dari Konstitusi India, diumumkan, bahwa ketentuan 7-9-2B Lembaran Resmi No. 394 untuk dibuat lambang-lambang kota. Selain itu, deskripsi harus diserahkan dalam rangkap dua, gambar dengan warna senjata yang diinginkan, serta penjelasan pertimbangan atas dasar yang diinginkan senjata atau modifikasinya. Kota Sukabumi mengirimkan hasil rapat dewan kepada pemerintah untuk dimintai persetujuan. Pada 24 Juni 1929 datang surat edaran dari Kepala Desentralisasi yang menetapkan bahwa menurut pendapat Hoogen Raad van Adel, demi kepentingan keseragaman di Hindia Belanda. lambang harus dipertimbangkan, untuk menggunakan โmahkota tiga daun dan dua mutiaraโ, seperti lambang yang biasa digunakan oleh Belanda. Pada Agustus 1930, pita di bawah senjata hanya untuk motto, bukan nama kota sehingga harus dihilangkan, alhasil lambang tersebut dapat secara otomatis memperoleh persetujuan pemerintah. Melalui besluit 14 Oktober 1930, dewan kota memosisi ulang senjata, sesuai dengan instruksi pemerintah, sehingga deskripsi menjadi perisai dengan warna biru bergambar padi emas, dasar perak bergambar cabang tanaman teh dalam warna alami. Perisai dinaungi dengan mahkota emas tiga daun dan dua mutiara, dipegang oleh dua singa emas, berlidah dan dipaku tenggorokan. Pengajuan tersebut kemudian disetujui pemerintah dan tercatat dalam Locale Belangen 16 Agustus 1931 serta Nederlandsch Indisch Gemeente Wapens Geschiedenis Legenden en Besluiten karya Dirk Ruhl 1933. Namun dalam penggunaan untuk kepentingan tertentu seperti peringatan kelahiran Raja Willem tahun 1933, hanya perisai berlambang padi dan teh yang digunakan. Lambang ini kemudian dibuat dalam bentuk logam dan dipasang di atas Balaikota saat peresmian penggunaan Balaikota stadhuis pada 22 februari 1934. Kemudian saat Rambounett digantikan oleh Ouwenkerk, lambang Soekaboemi ditempatkan di berbagai ruang publik, seperti di kedua sisi jalan akses gereja, pasar, pekerjaan kantor kota dan lain-lain. 4. Perubahan pasca-merdeka Lambang kota ini tidak menjadi perhatian ketika Jepang masuk hingga bangsa Indonesia memproklamirkan diri. Semua pihak termasuk pejabat publik di Sukabumi fokus kepada kegiatan perjuangan hingga akhirnya melalui Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Bung Karno kemudian menggelorakan semangat kemerdekaan dengan anjuran untuk mengganti simbol-simbol kolonial, salah satunya adalah lambang kota. Pada 1953 DPRD Kota Kecil Sukabumi melakukan rapat membahas mengenai lambang kota sebagai pengganti lambang kota masa kolonial. Lambang dengan dua singa dan mahkota dianggap masih mencirikan simbol penjajahan. Hasil rapat ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 1953 melalui surat no 27/1953/DPRD dan diajukan kepada pemerintah pusat yaitu Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Rekomendasi kemudian dikirim kepada Presiden melalui surat tertanggal 6 Agustus 1954. Akhirnya penetapan itu disetujui dan keluarlah Peraturan Presiden No 216 tahun 1954 yang menyetujui secara resmi penggunaan lambang tersebut. Namun, belum diketahui apakah rupa lambang tersebut sama seperti yang kita kenal sekarang atau ada yang berubah. 5. Lambang Paling Kini menggunakan padi dan teh ditambah Kujang Sebuah lambang hakikatnya harus memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Lambang akan mudah dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa warna dan bentuk logo tersebut. Lambang Kota Sukabumi saat ini diputuskan dalam Peraturan Daerah Kotamadya Sukabumi Nomor 12 Tahun 1993 Tentang Lambang Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi. Lambang tersebut menggunakan perisai/tameng yang melambangkan Ketangguhan Fisik dan Mental, kemudian lambang didominasi warna hijau sebagai Perlambangan Kesuburan dan Kemakmuran. Kemudian ada juga bintang segi lima sebagai Perlambang Pancasila yang merupakan Dasar Negara Republik Indonesia. Kujang Senjata Pusaka Luhur Bangsa Indonesia di Daerah Pasundan ditematkan di tengah sebagai Lambang Keberanian. Setangkai Padi dan Teh masih tetap digunakan karena mempunyai nilai-nilai sebagai perlambang ketentraman dan perdamaian. Lambang ini diberi pemanis dengan pita merah putih sebagai perlambang Kebangsaan Indonesia. Sementara motto Reugreug Pageuh Rapeh Rapih diartikan sebagai Tangguh, Kukuh, Aman, Tentram dan Bersatu.
LambangAgung Kerajaan Belanda dengan konteks sejarah Belanda. Penelitian ini menggunakan ancangan sejarah yang menginterpretasi makna berupa simbol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan terjadinya beberapa kali perubahan atas lambang negara, simbol singa tetap digunakan dan menjadi simbol inti dalam Lambang Agung Kerajaan Belanda.
Lambang Agung Kerajaan Belanda, atau "Groot Rijkswapen", adalah lambang pribadi monarki Belanda kini Raja Willem-Alexander. pemerintah Belanda menggunakan versi yang lebih kecil tanpa mantel atau paviliun, bahkan terkadang hanya menampilkan perisai dan mahkota. Komponen gambar lambang negara diatur oleh Ratu Wilhelmina melalui dekret kerajaan pada tanggal 10 Juli 1907 dan dikukuhkan oleh Ratu Juliana dalam dekret kerajaan tanggal 23 April 1980. Untuk versi yang paling umum digunakan lihat situs web Dutch Royal House Diarsipkan 2008-07-01 di Wayback Machine. Lambang Agung Kerajaan BelandaDetailPemangkuRaja Willem-AlexanderDigunakan sejak10 Juli 190723 April 1980MustakaMahkota kerajaan BelandaPerisaiSinga dengan pedang terhunusPenopangDua ekor singaMottobahasa Prancis Je Maintiendrai
UX1TdW. ymc8uzs1yb.pages.dev/149ymc8uzs1yb.pages.dev/472ymc8uzs1yb.pages.dev/21ymc8uzs1yb.pages.dev/217ymc8uzs1yb.pages.dev/67ymc8uzs1yb.pages.dev/517ymc8uzs1yb.pages.dev/575ymc8uzs1yb.pages.dev/327
negara belanda membuat standar dengan lambang