Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Allah telah menciptakan kita sebagai khalifah di muka bummi ini pemimpin. Allah tidak akan menciptakan manuasia dengan sia -sia, pasti ada suatu tujuan yang harus dicapai dan kita di muka bumi ini harus bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama. Tapi kenyataannya, kita dapat melihat bagaimana negara kita saat ini. Hampir setiap orang mementingkan ego masing-masing tanpa melihat dampaknya bagi negara kita. Maraknya korupsi, pencurian, penggunaan narkoba, sex bebas, pelanggaran HAM, dan masih banyak lagi. Mereka seakan lupa bahwa tujuan hidup mereka adalah sebagai penerus bangsa yang memiliki tanggung jawab besar terhadap bangsa. Kita sebagai generasi muda tidak boleh tinggal diam melihat kondisi negara kita seperti umum definisi daripada pemuda itu setidaknya memiliki dua definisi yang menyangkut batasan usia pemuda, sifat ataupun karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas yang pertama yaitu pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa yang akan datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Internasional youth year yang diselenggarakan tahun 1985 mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Sedangkan definisi yang kedua yaitu pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Sedangkan menurut draft RUU kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Jadi, pemuda adalah pemimpi yang akan membangun bangsa di masa yang akan datang. Merujuk pengertian pemimpin menurut Pancasila, bahwa setiap orang yang mempunya mental pemimpin adalah mereka yang mampu untuk mendorong, menuntun dan membimbing sesamanya dan lembaga yang ia pimpin. Untuk itu ketika setiap orang yang mempunyai potensi untuk memimpin namun tidak mengembangkan potensi itu maka pemimpin yang terlahir akan semakin sedikit jumlahnya dan akan berakibat pada nasib bangsa dan negara kedepannya. Dunia akan senantias berubah, pemimpin baru akan menggantikan pemimpin lama, itu akan terus berulang. Kenyataannya sekarang pemimpin-pemimpin yang lahir hanya sedikit yang mampu untuk membawa perubahan, banyak diantara mereka pemimpin yang tidak sanggup membawa kebaikan kepada lembaga yang dipimpinnnya, sebagai contoh korupsi, kolusi dan nepotisme adalah hal-hal yang umum yang dapat meruntuhkan jiwa dan mental kepimimpinan yang dimiliki oleh seorang yang sedang memimpin. Pemimin sekarang dahulu adalah pemuda, dan pemuda kini adalah pemimpin masa depan. Satu hal penting yang harus diketahui, bahwasannya seorang pemimpin masa depan tidak akan lahir dari pemuda yang tidak mempunyai tujuan hidup. Tapi, pemimpin akan lahir dari seseorang pemuda yang memiliki visi - misi dalam hidupnya, bertanggung jawab, berintegritas yang tinggi, tidak mendahulukan ego, dan lain sebagainya. Untuk itu, jiwa kepemimpinan pemuda yang mempunyai potensi perlu dipersiapkan sangat matang dari dalam diri pribadi pemuda itu sendiri. Pemuda harus memiliki mental dan pola pikir mindset yang baranggapan bahwa negeri ini harus terus diperbaiki, dikembangkan dan butuh inovasi baru. Dengan itu pemimpin-pemimpin muda akan terus dilahirkan, akan terus ada dan akan terus membuat bangsa dan negara ini semakin baik dan manjadi harapan besar bagi rakyat yang nantinya akan di pimpim dengan jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh apa yang telah disiapkan pemuda masa kini untuk menjadi pemimpin di masa depan? Beberapa hal yang harus di dilakukan oleh pemuda adalah dengan menyatukan persepsi tentang urgensi peran pemuda nantinya saat adanya peralihan kepemimpinan sebagai solusi atas kebutuhan dan tuntutan bangsa dan negara ke depannya. Para pemuda pun harus secepatnya mempersiapkan diri sebagai calon-calon pemimpin masa depan, karena setiap masa yang dinamis pasti selalu ada regenerasi dari generasi tua ke generasi muda. Tak sampai di situ, para pemuda sebagai calon pemimpin masa depan harus sadar akan peran mereka yang sangat besar dalam proses pembangunan bangsa dan begitu banyak peran pemuda bagi bangsa ini, bahkan bagi dunia sebagai Agent of Change. Sejarah telah mencatat, bagaiamana Sutan Syahrir berperan besar dalam sejarah kemerdakaan bangsa Indonesia. Bagaimana Mark Zukerberg, Lary Page dan Sergey Brein yang begitu memiliki peranan besar dalam merubah peradaban dunia. Atau kisah pemuda Ibrahim yang berani memberontak dan bertindak revolusioner untuk memperbaiki tatanan sistem masyarakat yang sudah rusak. Kisah Ash-habul Kahfi para pemuda penghuni gua adalah bukti nyata bahwa pemuda selalu punya peran dalam merubah kondisi suatu bangsa yang tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa. Selain itu, para nabi dan rasul adalah contoh teladan peran pemuda dalam merubah suatu bangsa. Seperti yang dikatakan Michael H. Hart seorang penulis Barat terkenal, dalam bukunya "The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History" menuliskan bahwa Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di ada tiga peran pemuda, yaitu sebagai agen perubahan agent of change, agen pembangunan agent of development dan agen modernisasi agen of modernization. Untuk memenuhi ketiganya, pemuda harus melakukan pembentukan karakter, pemikiran,mental, serta spiritual. Itulah bekal yang harus dimiliki pemuda untuk bisa menjadi pelopor pembangunan bangsa, untuk menjadi seorang pemimpin di masa yang akan datang. Jadi, salah satu wadah untuk membentuk karakteristik seorang pemimpin dari kalangan pemuda, pembentukan mental serta spiritual adalah dengan berorganisasi. Karena, organisasi adalah tempat berkumpulnya orang - orang yang mempunyai satu tujuan tertentu. Dalam organisasi juga diajarkan bagaimana pembentukan karakteristik, mental serta spiritual dan akan menghasilkan pribadi yang berjiwa kepemimpinan juga mampu hidup bersosialisasi dalam masyarakat. Karena nantinya akan menghadapi orang lain dengan segala sifat dan karakteristik yang berbeda dan bagaimana menyatukan segala perbedaan yang itu pada saat pemuda ada di lembaga pendidikan setingkat universitas adalah masa dimana pemuda itu belajar dan terbetuknya jiwa - jiwa kepeminpinan yang sebebasnya sebagai modal kepemimpinan yang di butuhkan bangsa kedepannya. Pada saat itu pula, pemuda mempunyai waktu terbaiknya untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki serta menenuman jati dirinya. Bukan hanya sebagai mahasiswa yang hanya memiliki kemampuan akademik saja. Namun, pemuda harus mampu dan dapat memliki pengatahuan keorganisasian dan pemahaman kepemimpinan sebagai dasar mereka dalam memimpin lembaga-lembaga besar. Kita tentu tahu perkataan Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno tentang pemuda yaitu "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan menguncang dunia." Maka dapat kita simpulkan bahwa pemuda lah yang dapat memberikan gebrakan baru terhadap bangsa dan negara bahkan dunia. Lihat Pendidikan SelengkapnyaPemuda-pemudi Berakhlak Tunjang Negara. Mukaddimah. āJika kamu mahu melihat masa depan sesebuah negara, maka lihatlah pemuda-pemudinya pada hari ini.ā. Saidina Ali R.A Ini adalah satu kenyataan yang tidak boleh dinafikan oleh para pemimpin negara dan 'kita' yang prihatin.. Mereka merupakan waris kepimpinan negara pada masa akan datang .
Kalimat ini benar, tetapi kenapa harus menunggu masa depan? Para pemuda sudah kerap membuktikan kepemimpinannya! Menengok sejarah, sejak dulu pemuda selalu hadir sebagai penyelamat bangsa. Sumpah Pemuda tahun 1928 adalah salah satu bukti nyata, pemuda dengan semangat patriotik mampu menjadi sumbu pemersatu Nusantara, dengan segala keberagamannya, untuk melawan penindasan penjajah. Masa depan Indonesia bergantung pada kualitas karakter dan kompetensi generasi mudanya. Pemuda adalah manusia tangguh yang dengan kemampuan dan akhlak mulianya, menjadi tumpuan pengganti generasi sebelumnya. Pemuda terdidik diharapkan mampu berpikir jernih sebagai penjaga nilai kebenaran dan kontrol sosial di masyarakat. Sebagai agen perubahan, pemuda berpeluang bangkit, berinisiatif tanpa beban, beraspirasi untuk perubahan bermakna bagi bangsa. Bukan hal yang absurd ketika Bung Karno berujar lantang, āBeri aku 10 Pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!ā. Saking rindunya pada sang proklamator, Gus Nas, sahabat saya, menulis pertanyaan pada Bung Karno āBung, di mana api revolusi itu kini? Bara cinta yang kau bakar. Palu semangat yang kau nyalakan untuk menggembleng sampai hancur lebur, lalu bangkit lagi. Menggembleng sampai hancur lebur, lalu bangkit lagi. Di mana semua itu kini?ā Jawabannya adalah teruskan tanggung jawab sosial individu anak bangsa membara! Melalui tulisan ini, izinkan saya memperkenalkan konsep bernama PSR Personal Social Responsibility, atau Tanggung Jawab Sosial Individu Ganiem, Ambadar, Soekardjo, 2015. PSR adalah mindset, sikap dan perilaku. Kami menganggapnya sebagai kata kerja. Dengan mendorong ber-PSR, kita menyentuh syaraf sosial seluruh anak bangsa untuk berdaya dan memberdayakan masyarakat. Bayangkan dampaknya jika mesin kepekaan sosial setiap warga negara, setidaknya para pemuda, diaktifkan! Pemuda yang ber-PSR akan berupaya mencapai keunggulan, bersikap atas dasar rasa hormat, melibatkan diri, peduli, bertoleransi, bersahabat, komunikatif, menyelesaikan masalah sosial secara kreatif, memberi perhatian serius pada pandangan orang lain, serta bertindak nyata dalam kehidupan. Dengan jumlah 64,50 juta BPS, 2020 pemuda-pemudi yang ber-PSR akan mampu membuat perubahan gemilang untuk Indonesia. Sebaliknya, dengan jumlah yang cukup banyak, bahkan berpeluang makin bertambah oleh bonus demografi, jika tidak memiliki tanggung jawab sosial individu maka pemuda Indonesia akan menjadi beban dan ancaman bagi bangsa. PSR dapat diekspresikan dengan berbuat kebaikan. Keelokan budi tersebut, yang meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri, dapat dilakukan dengan memberikan uang, barang, pemikiran, tenaga, waktu, atau perasaan. Tindakan ber-PSR adalah sukarela, membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Semenjak Covid-19 yang sangat menular ada di muka bumi, cara kita bekerja, bersekolah, dan beribadah menjadi berubah. Meski virus adalah isu kesehatan, jika hanya tenaga kesehatan yang diharapkan berperan, maka kerugian bersama akan merebak dengan berlimpah. Solusinya, penyebaran virus yang massif dan menular, perlu dihadapi seluruh warga negara, terutama pemuda, dengan upaya kolektif. Tindakan efektif dari pemuda dapat menjadi solusi ampuh mengatasi pandemi ini. Semua pemuda, dengan latar belakang apapun, usia berapapun, miskin kaya, profesi apapun, sehat atau sakit, selalu dapat ber-PSR. Dalam konteks Covid-19, bagaimana PSR dijalankan? Pemuda dapat berbagi uang, kebutuhan pokok, alat pelindung diri, mendonorkan darah atau plasma. Pemuda sebagai duta perubahan dapat berbagi pemikiran dengan cara mengedukasi publik tentang prokes melalui berbagai upaya kreatif; mengatasi infodemik atau hoaks. Pemuda dapat berbagi tenaga dengan menjadi relawan Satgas Covid-19 di wilayahnya. Pemuda dapat menebarkan optimisme dengan berbagai cara kreatif pada penderita Covid-19 atau anak-anak yang kehilangan orangtua, tidak menyebarkan stigma negatif pada penderita dan keluarga. Pemuda yang positif Covid-19, meskipun OTG orang tanpa gejala, dapat menginformasikan kondisinya dan menghindari kontak dengan orang sehat. Sangat banyak upaya berkhidmat terkait PSR untuk masyarakat lebih luas. Praktik PSR tidak secara eksklusif terpisah satu sama lain, bahkan saling terpadu. PSR Pemuda sangat mungkin berhasil manakala terus ditumbuhkan dan disuburkan dengan berbagai alasan. Pertama, sejumlah riset menyimpulkan 70 persen generasi milenial melakukan kegiatan volunteer, bahkan lebih besar dari generasi di atasnya. Kedua, Indonesia yang berbudaya kolektivis dan religius, tolong-menolong itu biasa. Bahkan, gotong-royong sebagai modal sosial berharga ini adalah inti sari dari dasar negara, Pancasila. Ketiga, kebaikan itu menular, membahagiakan dan menyehatkan pelakunya. Keempat, Indonesia sudah membuktikan sendiri dan dikukuhkan dengan pengakuan internasional, yaitu melalui Charities Aid Foundation CAF World Giving Index pada tahun 2018 dan tahun 2021. Menempatkan Indonesia di posisi teratas sebagai negara paling murah hati di dunia. Lembaga lain yaitu Legatum Prosperity Index 2019 yang melakukan pemeringkatan pada 167 negara, menempatkan Indonesia di ranking ke-5 dunia dan rangking ke-1 di Asia Pasifik dalam partisipasi sipil serta sosial terkait tingkat sukarelawan untuk menolong sesama di masyarakat. PSR atau Tanggung Jawab Sosial Individu, adalah bentuk nyata Bela Negara. Kita yang memiliki semangat bertanggung jawab sosial, akan menunjukkan patriotisme untuk senantiasa mempertahankan eksistensi negara tercinta. Berbuat kebaikan adalah kebutuhan alamiah manusia, tak seorangpun boleh diabaikan potensinya untuk ber-PSR. Mari jadikan PSR sebagai gaya hidup. Apa PSR-mu? adv/udi * Motivator Nasional, Akademisi Komunikasi, Penulis Buku
ehDF9.